But baby, I, I'm gonna keep coming back
To keep this love on the track"
Nothing lasts forever,
But baby, I, I'll try so hard
To keep you coming back for more
Baby, if I die today
I want you to know
That I love you all the way" ❤
- Nothing Lasts Forever by RAN
The words "nothing lasts forever" indeed familiar to me as i probably have played that song from RAN for thousand times, since like forever. Tapi, baru belakangan ini aja gue actually sadar, paham maknanya.
Tepatnya, saat itu adalah hari rabu, 15 november 2017. Gue yang saat itu kupu-kupu bergegas pulang setelah selesai kelas jam 15.30-an, padahal di jadwal harusnya selesai jam 16.30. Waktu itu gue duduk di depan vanity, lagi hapus make up, sambil sesekali baca-baca timeline twitter, sampai gue ketemu satu tweet di mana ada kata-kata "remember that nothing lasts". Tweet itu sebenarnya simpel aja, not that special, but somehow, gue jadi terdiam.
"Yaampun, iya ya,"
Yaampun, iya, ya, nothing lasts forever.
Akhir-akhir itu, gue lagi wondering tentang banyak hal mengenai hidup gue yang gue rasa gitu-gitu aja. Gue merasa masih sedikit banget yang gue dapetin di kuliah, terutama dibanding temen-temen gue yang sibuk ini itu, kenal sana sini, jalan ke sana ke mari, seneng-seneng, ina, inu, dan gue rasanya gini gini aja. Padahal, waktu tuh terus berjalan, dengan tempo yang sangat cepat. Juga, banyak hal yang bikin gue khawatir saat itu, yang akhirnya membuat gue rasanya sedih 24/7, atau lebih tepatnya, kosong.
Tapi begitu baca tweet itu, gue tiba-tiba jadi sadar, bahwa ga akan selamanya semua seperti ini, ga akan selamanya gue akan kaya gini. Semua hal yang terjadi, semua kesedihan gue, semua hal yang gue khawatirkan, semua, ga akan terus terjadi.
Akhir-akhir itu, gue lagi wondering tentang banyak hal mengenai hidup gue yang gue rasa gitu-gitu aja. Gue merasa masih sedikit banget yang gue dapetin di kuliah, terutama dibanding temen-temen gue yang sibuk ini itu, kenal sana sini, jalan ke sana ke mari, seneng-seneng, ina, inu, dan gue rasanya gini gini aja. Padahal, waktu tuh terus berjalan, dengan tempo yang sangat cepat. Juga, banyak hal yang bikin gue khawatir saat itu, yang akhirnya membuat gue rasanya sedih 24/7, atau lebih tepatnya, kosong.
Tapi begitu baca tweet itu, gue tiba-tiba jadi sadar, bahwa ga akan selamanya semua seperti ini, ga akan selamanya gue akan kaya gini. Semua hal yang terjadi, semua kesedihan gue, semua hal yang gue khawatirkan, semua, ga akan terus terjadi.
Dan gue baru sadar, bahwa contoh konkritnya pun udah gue alami. Jadi, fyi aja, gue kan pendek banget ya. My height is only 148 cm. Waktu kelas 1, 2 SD sih gue belum sadar karena gue saat itu ga beda jauh sama temen-temen. Tapi kemudian semua orang tumbuh dengan cepat, sementara gue ga secepat itu. Sampe tiba-tiba, gue udah beda sama temen-temen gue. Ditambah, anak SD kan mulutnya jahat, ngatain orang sesuka hati, jadi lah gue selalu dikatain.
Hal ini terus berlanjut sampe SMP, gue tuh kecil banget, strangers pun suka ga percaya gue udah SMP. Temen-temen, kakak-kakak kelas gue rasanya udah kelihatan dewasa, sementara gue masih kaya bocah. Walaupun anak SMP udah ga ngatain orang sesuka hati kaya anak SD, tapi gue merasa di pergaulan gue menerima perlakuan yang cukup beda, gue dianggap masih kecil, orang gapernah cerita soal cinta monyet mereka ke gue, karena gue masih kecil. Gue jadi merasa beda dunia gitu, ea, lebay sih. Tapi kemudian gue jadi rendah diri, ga pede, apalagi waktu gue suka sama kakak kelas tapi gue merasa gue terlalu bocah. Dan ini kemudian jadi masalah terbesar gue waktu SMP.
Jadi akhirnya, waktu itu gue se-terobsesi itu untuk jadi tinggi. Gue tiap hari minum susu Hilo 2x, minum zevit grow walaupun gue susah banget nelen tablet that it took hours for me to consume it, dan lompat tali ratusan kali, tiap hari. Ga main basket dan renang, karena gue ga bisa hehe. Tapi, hasilnya ya udah, gitu-gitu aja. Gue segitu-gitu aja. Tetep naik tingginya, tapi ga dratis, tetep beda sama temen-temen gue.
Masuk SMA, gue jadi sibuk sama tugas, ulangan, makalah, presentasi, organisasi, basically high school life, sehingga gue jadi ga terlalu mikirin lagi. Gue mulai nerima bahwa tinggi gue segini karena faktor genetik. Ibu dan kakak-kakak gue pun pendek, dan yaudah, mereka hidup dengan biasa aja.
Akhir SMA, dan kuliah, gue bener-bener ga melihat tinggi gue sebagai suatu masalah lagi. Gue tetep pendek, gue tetep dianggap anak kecil, tapi yaudah. Gue malah jadi seneng. Sering kali orang bilang gue kaya anak SMP dan gue seneng. Gue forever young HAHAH dan gue pun jadi suka bercandain, ngaku umur 13, ngerasa diri gue masih SMP, kadang berusaha menarik rasa iba orang-orang HAHAHA, yang seringkali berhasil, ("Lo ga kasian sama gue?:(", denger orang bilang "Jangan deh, lo udah kecil" atau "Parah banget woi anak kecil jangan digituin", dsb), dan kadang merasa dijagain, karena lagi-lagi, gue kecil kaya bocah. Pokoknya, gue jadi bisa taking advantage of it.
Walaupun, sekarang, gue kadang jadi suka ngerasa out of place. Gue jadi beneran suka mikir gue tuh masih kecil, dan kaya ga seharusnya di sini, di titik ini, di umur 19. Waktu itu gue lagi rapat di kampus sampe jam 12 malem, terus gue mikir,
"Sumpah, gue ngapain ya di sini, jam segini, sama mas mas mba mba mahasiswa ini?"
*
Anyway, do you got what i'm trying to say?
Bahwa nothing lasts forever. Masalah itu akhirnya lewat. Kadang bukan objeknya yang hilang atau berubah, tapi kita-nya. Masalahnya selesai, tapi bukan dengan gue jadi tinggi. Lagi-lagi, gue tetep pendek, gue tetep kaya anak kecil, tapi yaudah. Akhirnya, cara pandang gue, cara gue menyikapinya lah yang berubah, sehingga itu bukan suatu masalah lagi buat gue, dan kekesalan, kegundahan, kerisauan gue akhirnya hilang. :)
Begitu juga dengan sekarang, kesusahan, kesedihan, keresahan gue ga akan selamanya. Hal ini pun ada di firman Allah swt. dalam Al Qur'an, yaitu salah satu ayat favorit gue, Al-Insyirah 5: "Fa inna ma'al 'usri yusraa" which means "Verily, after hardship, there is relief", yang kemudian ditegaskan lagi langsung di ayat selanjutnya, Al-Insyirah 6: "Inna ma'al 'usri yusraa", "After hardship, there is relief."
"Verily, after hardship, there is relief. After hardship, there is relief".
Setelah kesusahan, ada kemudahan. Lo ga mungkin akan terus-terusan susah, sedih, gundah, over something. This, too, shall pass. Ditambah, tadi siang ketika lagi di dalam kereta jakarta-bekasi gue nemu quotes yang cukup menyadarkan gue dari postingan seseorang di line:
"Menghina Tuhan tidak perlu dengan umpatan atau membakar kitab-Nya, khawatir besok tidak bisa makan saja itu sudah menghina Tuhan." - Sudjiwo Tedjo
Gue jadi inget lagi, Allah itu Maha Pengasih, Maha Penyanyang, Mahabaik. Allah itu penuh cinta dan sangat menyayangi makhlukNya. Maka, kita ga perlu khawatir akan seumur hidup penuh kesusahan, kesedihan, karena akhirnya, Allah akan kasih kemudahan.
Kesedihan, kesusahan pasti ada. Tapi, ya udah. Ga perlu lebay, dijalani aja, berikhtiar dan selalu berbaik sangka, termasuk pada Allah, yakin bahwa itu akan lewat, akan ada kemudahan setelahnya. Kesenangan yang saat ini dirasakan pun, mungkin hasil dari kesusahan yang udah dilewati.
Tahun ini gue akan memasuki umur 20. Dan kemudian, jadi ada banyak hal yang buat gue kepikiran, worried, anxious, dsb lah. Tapi kemudian setelah memikirkan semua hal di atas, gue jadi lega, karena yang perlu gue lakukan cuma ngikutin arus kehidupan ga sih? Karena gue ga akan selamanya kaya gini. This, too, shall pass! :)
Be hebat by your self.
ReplyDeleteMeskipun kecil tapi gw yakin pemikiran lu itu besar dan kontribusi lu untuk negara ini di masa yg akan datang juga besar.
Udah gausah minder dengan takdir yg allah berikan, selalu lihat orang yg ada dibawah lu agar lu lebih bersyukur.
Btw, gw udah baca postingan ini sampai selesai..
Percaya atau ga suatu saat nanti lu akan jadi penulis hebat ..
Gw tunggu karya-karya lu ..
SemangArt!
wah makasih banyak pal! siap, aamiin22 hehe lo juga pasti akan jadi orang hebat! semangat juga :D
Delete